IMPLEMENTASI WiMAX SEBAGAI BACKHAUL PADA JARINGAN HOTSPOT EXISTING DI JAKARTA
Abstrak
Perkembangan Broadband Wireless Access (BWA) sebagai standar global untuk media transmisi data telah digunakan sebagai penyedia jasa akses internet berkecepatan tinggi. Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan teknologi BWA yang memiliki kecepatan akses tinggi dengan jangkauan luas. Aplikasi WiMAX yang ditunjang oleh kemampuan interoperabilitas, fleksibilitas, dan aspek komersial telah membawa dampak penggunaan internet lebih efisien serta memberikan layanan murah dan mudah. Fenomena ini harus disikapi oleh para operator Internet Service Provider (ISP) dalam mengembangkan bisnis guna memenuhi persaingan di era global saat ini. Dengan melihat aspek teknik serta aspek keuangan dalam menetapkan kelayakan implementasi wireless network dengan WiMAX sebagai subtitusi, maka dalam penelitian ini dilakukan kajian implementasi teknologi WiMAX sebagai layanan backhaul pada jaringan WiFi di Jakarta. Dari data jumlah hotspot terdaftar di IIX dan rata-rata peak traffic tiap hotspot per regional, penelitian ini menjelaskan perhitungan aspek teknis dengan kombinasi pilihan harga sewa dan teknologi. Hasil dari perhitungan akan memberikan beberapa kombinasi gambaran nilai investasi teknologi WiMAX sebagai substitusi backhaul jaringan hotspot yang ada dan perkembangannya 5 tahun ke depan.
1. Pendahuluan
Penyediaan infrastruktur telekomunikasi yang memadai masih menjadi permasalahan utama sektor telekomunikasi di Indonesia. Sementara itu, bisnis informasi dan telekomunikasi dunia telah mengalami perkembangan sangat pesat, terutama dipicu oleh pertumbuhan pengguna internet dan kecenderungan terjadinya konvergensi media komunikasi, informasi, dan hiburan. Indonesia merupakan negara kelima terbanyak yang menggunakan internet[2]. Bisnis telekomunikasi dengan cepat berkembang pada komunikasi data dan multimedia sehingga tantangan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia bukan hanya dihadapkan pada penyediaan kapasitas dan teledensitas, tetapi juga dalam percepatan penetrasinya. Di Indonesia, pembebasan frekuensi 2,4 GHz menjadi cuplikan penting dari sejarah perkembangan internet dan perkembangan wireless internet khususnya. Walaupun pada awalnya tidak ada izin menggunakan frekuensi 2,4 GHz namun perlahan tapi pasti masa pengguna wireless internet semakin berkembang. Akhirnya pada akhir tahun 2000, keluarlah keputusan Dirjen POSTEL 241/2000 tentang penggunaan bersama (sharing) pita frekuensi 2400-2483,5 MHz antara wireless LAN akses internet bagi pengguna di luar gedung (outdoor) dan microwave link. Pada tanggal 5 Januari 2005 ditandatangani Keputusan Menteri No. 2/2005 tentang wireless internet di 2,4 GHz. Keputusan Menteri No. 2/2005 pada prinsipnya membebaskan izin penggunaan frekuensi 2,4 GHz dengan syarat antara lain: maksimum daya pancar 100 mW, EIRP maksimum 36 dBm, dan semua peralatan yang digunakan disertifikasi [1]. WiMAX dengan kemampuan menyalurkan data hingga 75 Mps dengan jarak jangkau hingga 50 km dan mampu mengatasi kondisi non line of sight (NLOS) sangat potensial diimplementasikan di Indonesia yang memiliki kesenjangan infrastruktur telekomunikasi. WiMAX dapat berfungsi untuk mendukung percepatan pembanguna infrastruktur akses sebagai solusi alternatif backhaul. Kelebihan lainnya adalah kemampuan interoperability yang menyebabkan terjadi kompetisi penyediaan perangkat sehingga bisa menurunkan tingkat harga [3]. Pada penelitian ini akan dianalisis implementasi WiMAX sebagai backhaul menggantikan infrastruktur terrestrial serta nilai tambahnya.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian dibagi menjadi 3, yaitu studi literatur yang melingkupi pembahasan tentang WiMAX, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis.
Karakteristik Standar WiMAX. Karakteristik standar 802,16 ditentukan oleh spesifikasi teknis dari Physical (PHY) Layer dan Madium Access Control (MAC) Layer. Perbedaan karakteristik kedua layer tersebut juga akan membedakan dengan variannya. Sedangkan Network Management System (NMS) dan Management Plane dapat berbeda-beda bergantung pada strategi rancangan dari masing-masing manufaktur atau vendor pembuatnya. Physical Layer menjalankan fungsi mengalirkan data di level fisik, dan dihubungkan dengan kabel category 5 (Cat 5) sebagaimana telah banyak digunakan untuk ethernet. Sedangkan MAC layer berfungsi sebagai penerjemah protokol-protokol yang ada di atasnya seperti ATM dan IP. MAC layer dibagi lagi menjadi tiga sublayer: Service-Specific Convergence Sublayer (SS-CS), MAC Common Part Sublayer, dan Security Sublayer. NLOS pada WiMAX [5]. Pada sistem komunikasi wireless telah umum dikenal kondisi line of sight (LOS) dan non line of sight (NLOS). Hal ini berkaitan dengan meningkatkan spectrum re-uses dan kapasitas jaringan WiMAX, karena mempunyai karakteristik yang dapat menekan interferensi co-channel [3].
Transmit and receive diversity digunakan untuk memanfaatkan sinyal-sinyal multipath dan sinyal pantul yang terjadi pada kondisi NLOS. Diversity juga menjadi fasilitas pilihan pada standar WiMAX. Tujuannya adalah untuk meningkatkan availability penerimaan dan pengiriman dari sistem yang dibangun. Transmit diversity menggunakan space time coding untuk pemancaran sinyal secara terpisah. Teknik ini dapat menekan kebutuhan fade margin dan juga mengatasi interferensi. Pada receive diversity, beberapa teknik kombinasi diterapkan seperti misalnya maximum ratio combining (MRC), memanfaatkan dua penerimaan untuk mengatasi fading dan menekan path loss adaptive modulation, secara efektif dapat mengatur keseimbangan kebutuhan bandwidth dan kualitas sambungan (link quality) atau biasanya diukur dengan signl to noise ratio (SNR). Apabila kualitas sinyal cukup baik, maka digunakan modulasi yang lebih tinggi untuk memberikan kapasitas bandwith yang lebih besar. Apabila kualitas sambungan menurun, sistem modulasinya digeser menjadi lebih rendah untuk menjaga kestabilan dan kualitas sambungan. Perpindahan modulasi dapat diatur secara dinamis dari 64-QAM, 16-QAM, QPSK, dan BPSK.
Lihat lebih lengkap di http://journal.ui.ac.id/?hal=detailArtikel&q=581
0 comments:
Post a Comment